Sejarah
awal mula munculnya Aswaja dan perkembangannya
Ahlus Sunnah wal Jama’ah sebagai sebuah nama, tidaklah
muncul pada masa Rasulullah saw sebab pada saat itu umat Islam masih bersatu.
Pada masa Rasulullah saw seseorang yang memeluk Islam, cukup disebut muslim
atau mukmin.
Setelah Nabi saw wafat dan setelah lahir beragam aliran sempalan dalam
sejarah umat Islam seperti khawarij, syi’ah, Qadariyah dan lain-lain, pasca
terbunuhnya khalifah Usman bin Affan dan terjadinya konflik internal dikalangan
umat Islam, maka generasi yunior sahabat Nabi saw seperti Abdullah bin Abbas,
Abdullah bin Umar dan Abu Said al-Khudri, memberikan nama kelompok mayoritas
kaum muslimin yang masih konsisten
dengan ajaran dan pemikiran awal Islam yang dibawa oleh Nabi saw dan
dipraktekkan para sahabat assabiqunal awwalun minal muahjrin wal anshor dengan
nama Ahlussunnah wal Jam’ah.
Tidak semua aliran keislaman
menyandang nama Ahlussunnah wal Jama’ah, Misalnya:
-
Aliran
Muktazilah menyebut dirinya Ahlul Adli wa al-Tauhid (pengusung keadilan dan
tauhid).
-
Aliran
Khawarij menyebut dirinya al-Syurat (aliran yang menjual dirinya kepada Allah swt)
dll.
Pasca
abad ketiga Hijriyah, nama Ahlus Sunnah wal Jama’ah diklaim 2 aliran yang
mengikuti pola keagamaan bermadhab:
1. Kelompok
mayoritas umat Islam pengikut madhab al- Asy’ari dan al-Maturidi. Termasuk
Fudhala’ al-Hanabilah (arus utama penganut madhab Hanbali yang tergabung dalam
madhab al-Asy’ari dan al-Maturidi).
- Kelompok
Minoritas yang mengikuti paradigma pemikiran Ibnu Taimiyyah al-Hanbali,
Ghulat al-hanabilah (ektrimitas penganut madhab Hanbali) belakangan
dikenal aliran Wahabi dan salafi yang mengikuti paradigma pemikiran
tekstualis, statis dan verbalis.
- Secara historis term Aswaja baru dianggap resmi
dalam bentuk madhab pada periode zaman al-Asy’ari dan al-Maturidi).
- Dari segi paham telah berkembang sejak zaman Ali
bin Abi Thalib.
Komentar
Posting Komentar